petualangan di air terjun terlarang

Sebenarnya judul di atas kurang pas dengan yang saya alami karena beginilah kejadian yang sebenarnya.

2 minggu setelah petualangan kami yang di sungai cianjur. Di hari kamis setelah mengikuti perkuliahan dasar management kami berencana untuk pergi bertualang lagi tapi kali ini kami ingin  yang  bersuhu dingin. Karena gerah itu bete. Dan lembanglah yang di tuju karena jaraknya yang lumayan dekat dari kosan. Tapi di petualangan kali ini hanya ada saya dan pandu.

Seperti di setiap petualangan pada umumnya kami mempersiapkan segalanya, mulai dari tenda, hammock, sleeping bag, alat masak, kentang dan logostik lainnya yang di tambah sebotol air mentah , juga tidak ketinggalan tembakau yang belum di linting, karena kami tidak ingin kejadian seperti di petualangan yang sebelumnya yang mana kami kekurangan air minum,  dan kurang rokok. Yap rokok.

Petualangan kami sebenarnya bertujuan hanya untuk bersenang senang dan menjauhi keramaian kota. Jauh dari kata hiking yang mana kalau hiking mah persiapannya harus bener-bener matang serta mental yang kuat.

Setelah persiapan dirasa cukup lengkap kami mulai perjalanan dengan motor vario 125 hitam bernama “bang rio”  ke arah lembang tapi lewat cihideung. Setelag sampaii parongpong motor belok kanan ke arah sukawana. Sukawana adalah tempat ngetrailnya kawn gw si dindin. Di sana banyak terdapat pohon pinus dan teh yang membentang luas seperti di puncak bogor.

Tapi kami tidak ngecamp di sana karena masih cukup ramai, akhirnya gw, pandu, dan bang rio terus membelah gunung ke arah hutan pinus yang rindng, namun akses motor ke sana tidaklah mudah. Setelah berdebat panjang lebar tentang dimana kita ninggalin bang rio kali ini? Gw awalnya ragu buat ninggalin bang rio di gunung. Tapi setelah gw tanya si pandu,

Ndu lu yakin ga ninggalin bang rio di sinih? Dia dengan yakin bilang “ yakin pan, siapa yang mau maling motor di gunung? Ditambah di kunci stang, belum lagi kalo ketauan tuh maling bisa di gebugin se kampung pannnn.”

“Oh yaudah kalo lu yakinmah gw juga jadi yakin bre “  akhirnya kami meninggalkan bang rio di tengah gunung. Dan langsung melanjutkan petualangan kami.

Sebelum memulai petualangan, gw ama si pandu hanya ingun kemping di daerah dingin saja. Tapi setelah turun ke lembah yang ada di gunung itu kami mendengar suara desiran air yang deras. Trus si pandu bilang. “Wiiiih pan ada aer terjun nih kayanya.” Bukan nyuuu itumah suara mobil di jalan, jawab gw. Si pandu ketawa sambil bilang, “hahahaha ini tengah gunung pan mana ada mobil yang lewattt”. Oha yaudah coba aja kita cek dulu.

Lalu kami pun melanjutkan perjalanan mencari air yang suaranya sudah terdengar. Dannnn VOILA yups bener kata si pandu ini suara air terjun. Ini merupakan suatu kejutan yang di berikan alam kepada kami berdua. Karena sebenarnya kami tidak pernah mendengar ada air terjun di sekitar sini. Jadi ini membuat kami lebih bersemangat lagi dan lagi untuk bertualang.

Sesampainya di air terjun kami berhenti untuk beristirahat dan menghisap  sebatang tembakau  kami yang sebelumnya sudah di linting. Sambil bersantai si pandu mulai mengambil beberapa gambar untuk di abadikan dengan kameranya.


Setelah bersantai gw menemukan tempat yang pas untuk mendirikan tenda yang letaknya berada di atas air terjun itu. Patut di ingat, sebenarnya ini bukan air terjun seperti yang di bayangkan melainkan lebih seperti air tidur kali ya tapi tetep ada danau kecil di bawahnya yang cukup dalam untuk berenang. Dalamnya sekitar 4 meteran.

Kira kira setelah jam 4 sore kami mulai mendirikan tenda di tempat yang gw sebutin tadi. Kali ini membuat tenda terasa lebih mudah dibandingkan dengan petualangan kami yang pertama. Setelah tenda jadi pandu mulai mencari kayu bakar untuk malam. Dan gw langsung ambil posisi berenang dengan melepas semua pakaian hingga tersisia hanya celana dalam saja.

Setelah melihat gw telanjang si pandu jadi ga mau kalah dan ikut melepaskan pakaiannya untuk berenang seperti yang gw lakuin.


Melihat danau kecil itu saya jadi ga sabar lagi buat berenang. Walaupun skill berenang saya biasa aja. Airny sangat segar dan alami. Kami tidak takut kekurangam air seperti yang sebelumnya walaupun sekarang bawa ekstra air karena takut terjadi seperti petualangan yang sebelumnya bibir kami sampai pecah pecah. Tapi betapa beruntungnya kami dengan persembahan alam ini..

Kami tertawa bersama di dalam danau itu, si pandu beraksi dengan backflip miliknya dengan sempurna. Gak mau kalah gw jugaikutan bacflip. Tapi apalah daya dengan badan besar saya dan tanpa penglaman backflip akhirnya saya hanya bergasil berputar 180 derajat dan mendarat dengan kepala lebih dulu. Alhasil si pandu tertawa terpingkal-pingkal dengan aksi saya.

Tapi saya senang bukan main ketika berbackflip. Setttt seorang ipan berani aja udah kece. Apa lagi kalo berhasil, bisa jadi sombong nih gw.

Setelah aksi itu si pandu nantang gw untuk frontflip. Gw bilang “ itumah gampang” soalmya dulu gw emang bisa begitu doangmah. Tapi karena lupa sama badan gw yang sekarang akhirnya gagal lagi dengan punggung duluan mendrat di air yang bikin punggung merah bukan main.

Si pandu ketawa lagi melihat kegagalan saya yang beruntun. Tapi saya bertegad untuk mencobanya lagi di lain kesempatan.

Setelah puas bermain air kami kembali ke tenda untuk nyeduh teh manis, dan menghisap tembakau. Tapi bodohnya pandu itu si teh ngga ke bawa, akhirnya kami hanya menyeduh gula dengan air panas. Lumayan lah buat nemenin tembakau.

Ketika hari mulai gelap si pandu mencoba untuk menyalakan api dengan kayu bakar yang di temukannya. Tapi karena basah dan lembab gagallah dia, sebelum akhirnya putus asa untuk menyalakan api. Jujur kalo gw si ga terlalu peduli sama api karena menurut pelatihan yang saya lakukan nyakalakan api hanya ketika darurat saja. Tapi lain lagi dengan pengalaman si pandu yang katanya kalo lagi di hutan kaya gini harus nyalain api untuk menandakan ada penghuninya di sekirat sini yang di maksudkan untung mengusir hewan liar yang hendak mendekat.

Tapi karena gagal terus si pandu pun menyerah dan kembali ke dalam tenda karena suhunya sangat dingin di tambah tanah yang lembab membuat punggung jadi becek. malam itu suhunya dingin banget soalnya kan masih daerah lembang. di tambah deket sama sumber air yang kaya gitu jdi makin dingin aja deh. dan lagi kami sadar bahwa malam itu adalah malam jum'at.  bukan maen horrornya. tapi kita ga bakal ngebahas tentang itu karena nantinya jadi pada keueung. 

Setelah pagi datang gw dan si pandu mulai beberes di dalam tenda. Dan langsung turun lagi ke danau itu dengan niat untuk berenang dan mandi.  Tapi apalah daya kami yang takut air dingin. Alhasil kami hanya nyemplungin kaki ke air sambil memasak telur untuk sarapan.


Sambil menunggu telur matang, si pandu mulai mebuat video pendeknya untuk nanti di upload di instagram pribadinya. Gw ga punya masalah sama tingkahnya walaupun lebih mirip kaya orang gila yang muter muter ga jelas.

Lalu tibalah waktu sarapan kami. Masakan gw selalu mantap buat di makan ketika perut kosong haha. Karna lauk ter enak di dunia adalah lapar. Makan di pinggir air sambil nyemlungin kaki ke air di tambah ngisep tembakau bikin pagi kami lebih mantap. Kami sangat menikmatinya untuk waktu yang lama. Ini yang membuat gw mencintai kemping daripada hiking. Camping is the best part of my life. Sampai akhirnya gw kepikiran buat bikin blog tentang pertualangan kami yang kemaren sampai yang sekarang.

Selesai sarapan kami kembali ke tenda dan membongkarnya untuk bersiap kembali ke kehidupan kami yang sebelumnya. Hari terasa sangat cepat ketika di sini. Padahal maunya lebih lama lagi kami memanjakan diri.


Setelah pamit kepada alam yang sudah menyuguhkan keindahannya kami pun pulang dengan langkah yang lebih ringan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SPASI - sebuah prosa dari teteh dee

bertualang di sungai cianjur